6.1 REGIONAL
6.1.1
Geometri
Cekungan
Cekungan Ombilin merupakan cekungan di
dalam busur vulkanik, berada pada kisaran koordinat 100° - 101° BT dan 1° - 1.8°LS
(Gambar 6.1). Geometri cekungan ini
tidak terlalu besar karena berada dalam zona batuan dasar yang tersingkap
sepanjang Pulau Sumatera.
Cekungan Ombilin memanjang dengan arah baratlaut-tenggara
searah dengan struktur besar Sesar Sumatera. Berada dalam busur magmatik dan
kompleks tinggian Sumatera maka cekungan ini merupakan cekungan yang sempit
yang dibatasi langsung oleh singkapan batuan dasar dan kompleks volkanik yang
tersingkap di permukaan. Luas total cekungan adalah 812 km2. Anomali
gaya berat Bouguer di daratan kurang memberikan kontras densitas untuk Cekungan
Ombilin (Gambar 6.2), kemungkinan
juga karena cekungannya kurang tebal dengan batas minimal tebal sedimen pada
tepi cekungan 0 – 500 m yang posisinya berada tepat di
tengah-tengah singkapan batuan dasar Pra-Tersier di Perbukitan Barisan. Batuan
dasar cekungan ini berumur Pra-Tersier dengan ketebalan sedimennya antara 500 – 2.000 meter (Gambar 6.3).
Gambar 6.1 Lokasi Cekungan Ombilin.
Gambar 6.2 Peta anomali gaya berat untuk Cekungan
Ombilin.
Gambar 6.3 Peta isopach
dan sumur pada Cekungan Ombilin.
6.2 TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
Pembentukan Cekungan Ombilin dimulai pada Eosen Akhir
ditandai pembentukan graben-graben berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan
yang dibentuk oleh sesar-sesar normal dan mendatar. Rezim kompresi yang terus
berlangsung selama Oligosen membentuk struktur-struktur kompresif berarah baratlaut
- tenggara. Pengangkatan yang diakibatkan oleh berbagai struktur kompresi
menyebabkan adanya ketidakselarasan sebelum diendapkannya Formasi Sangkarewang.
Perubahan arah kompresi lokal pada
Cekungan Ombilin menjadi arah utarabaratlaut - selatantenggara mengaktifkan
kembali sesar-sesar mendatar berarah baratlaut - tenggara dan sesar normal yang
searah dengan arah kompresi utamanya yang mengontrol pengendapan Formasi
Sawahlunto. Perubahan kembali arah kompresi menjadi timurlaut - baratdaya
mengakibatkan hadirnya sejumlah struktur inversi (Gambar 6.4) sepanjang Zona Sesar Takung berarah baratlaut atau
lebih dikenal dengan arah N 3000 E. Struktur inversi ini disertai
dengan terlipatnya Formasi Ombilin dan Sawahtambang pada arah yang sama (skema
lengkap tektonostratigrafi Cekungan Ombilin dapat dilihat pada Gambar 6.5).
Gambar 6.4 Penampang skematik memotong Cekungan Ombilin
yang memperlihatkan beberapa struktur inversi (dimofikasi dari Koesoemadinata
dan Matasak, 1981).
Gambar 6.5 Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin
(Situmorang, dkk., 1991).
6.3 STRATIGRAFI REGIONAL
Formasi Tuhur, Kuantan dan Silungkang
merupakan endapan paling tua yang tersingkap di permukaan, terdiri dari batuan vulkanik
dalam dengan komposisi andesitik dan basaltik serta tufa. Batugamping dan
batuan berbutih halus (argilit) hadir pada bagian atas. Formasi Kuantan yang
berumur lebih tua terdiri dari batuan argilit termetamorfosakan menjadi sabak
dan marmer. Ketiga formasi ini merupakan wakil dari Lempeng Mergui yang ikut
diobduksikan pada saat amalgamasi Pulau Sumatera (peta singkapan batuan dasar
di Cekungan Ombilin pada Gambar 6.6).
Gambar 6.6 Peta singkapan batuan dasar Pra-Tersier di Sumatera Tengah (Pertamina
& BPPKA, 1996).
Formasi Brani kemudian diendapkan
secara tidak selaras diatas batuan Pra-Tersier dengan litologi berupa
konglomerat dan breksi dengan komponen yang bervariasi, secara lokal diendapkan
pada lingkungan kipas aluvial. Pada bagian atas formasi ini diendapkan Formasi
Sangkarewang (Eosen Awal) yang berupa napal, batulempung dan batupasir yang
diendapkan di lingkungan danau memiliki struktur slump dan hubungan menjari (interfingering)
dengan Formasi Brani.
Formasi Sawahlunto kemudian diendapkan
sebagai formasi yang menandakan dimulainya fasa sagging Cekungan Ombilin, endapannya berupa batuan sedimen berbutir
halus dalam bentuk batupasir, batulempung dan batubara yang diendapkan dalam
lingkungan fluviatil pada akhir fasa syn-rift.
Formasi Sawahtambang yang diendapkan pada lingkungan fluviatil pada sungai
bermeander memiliki litologi berupa perlapisan batupasir dan batulempung
beserta konglomerat seringkali terdapat struktur perlapisan silang siur.
Dua anggota Formasi Sawahtambang yakni
Anggota Rasau dan Poro memiliki litologi yang nyaris serupa kecuali hadirnya
sisipan batubara pada Anggota Poro yang berumur lebih muda. Perubahan
lingkungan pengendapan menjadi lingkungan laut dangkal mengendapkan Formasi
Ombilin berupa napal dengan lensa batugamping dan berlapis dengan tufa di
bagian atasnya. Perlapisan batulempung gampingan dengan batupasir glaukonitan
juga menjadi ciri formasi ini. Formasi
terakhir yang diendapkan adalah Formasi Ranau yang diendapkan dalam lingkungan
terestrial berupa tufa, breksi, dan aglomerat (Gambar 6.7).
Gambar 6.7 Stratigrafi regional Cekungan Ombilin
(dimodifikasi dari Situmorang dkk., 1991).
6.4 SISTEM PETROLEUM
6.4.1 Reservoir
Formasi Sawahtambang merupakan formasi
yang terbukti sebagai reservoir, diendapkan pada lingkungan fluvial Formasi Sawahtambang
memiliki variasi litologi berupa perselingan konglomerat dan batupasir di
bagian bawah (Anggota Poro), perselingan batupasir dan konglomerat serta
batupasir konglomeratan di bagian tengah dan perselingan batupasir-batulempung
dengan sisipan batubara di bagian paling muda (Anggota Rasau).
6.4.2 Batuan induk
Serpih coklat dari Formasi Sangkarewang
dengan kandungan TOC 7,8% dengan perbandingan hidrogen dan karbon 1 : 3
memiliki kecenderungan untuk membentuk minyak. Serpih dan batubara dari Formasi
Sawahlunto juga merupakan batuan induk dengan potensi yang baik menghasilkan
minyak dengan tipe kerogen II dan III dari lingkungan lakustrin.
6.4.3 Perangkap
Perangkap yang paling potensial berupa perangkap struktur
yang dibentuk blok-blok sesar yang termiringkan juga dalam bentuk perlipatan
yang terbentuk akibat struktur sesar naik. Pergerakan sesar mendatar juga membentuk
struktur transpressional yang
memiliki kemungkinan untuk menjadi alternatif perangkap yang baik.
6.4.4 Batuan Penyekat
Serpih dari Formasi Ombilin mempunyai potensi untuk menjadi
batuan penyekat pada perangkap hidrokarbon yang ada, begitu pula dengan serpih
intraformasi yang ada di hampir semua formasi.
6.4.5 Evaluasi Cekungan
Kehadiran batuan induk dari Formasi
Sangkarewang yang merupakan ekuivalen dari Formasi Menggala (CSB) dan
Talangakar (SSB) yang memiliki potensi penghasil batuan induk yang sangat baik
ditambah dengan kehadiran batuan induk dari Formasi Sawahlunto. Kehadiran
batuan penyekat dengan kualitas baik dari serpih Formasi Ombilin yang menutupi perangkap
hidrokarbon berupa perangkap struktur dengan kombinasi bersama perangkap
stratigrafi.
DAFTAR PUSTAKA
Koesoemadinata
R. P. dan Matasak Th, 1981, Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central
Sumatera (West Sumatera Province),
Indonesian Pet. Assoc., 10th Annual Convention Proceedings, hal.217
– 249.
Koning
T., 1985, Petroleum Geology of the Ombilin Intermontane Basin, West Sumatera, Indonesian Pet. Assoc., 14th
Annual Convention Proceedings, hal.117 – 137.
Situmorang,
B., Yulihanto, B., Guntur, A., Himawa, R., dan Jacob, G,T., 1991, Structural
Development of the Ombilin Basin West Sumatera, Indonesian Pet. Assoc., 20th Annual Convention Proceedings,
hal.1 – 15.
PERTAMINA
dan BEICIP FRANLAB, 1992, Global
Geodynamics, Basin Classification and Exploration Play-types in Indonesia,
Volume I, Ombilin Basin, PERTAMINA,
Jakarta.
gan boleh ga minta paper dari cekungan ombilin nya... saya sangat membutuhkan untuk referensi tugas akhir, terimakasih..
ReplyDelete