Tuesday, July 4, 2017

Cekungan Ombilin #6

6.1       REGIONAL

6.1.1        Geometri Cekungan

Cekungan Ombilin merupakan cekungan di dalam busur vulkanik, berada pada kisaran koordinat 100° - 101° BT dan 1° - 1.8°LS (Gambar 6.1). Geometri cekungan ini tidak terlalu besar karena berada dalam zona batuan dasar yang tersingkap sepanjang Pulau Sumatera.

Cekungan Ombilin memanjang dengan arah baratlaut-tenggara searah dengan struktur besar Sesar Sumatera. Berada dalam busur magmatik dan kompleks tinggian Sumatera maka cekungan ini merupakan cekungan yang sempit yang dibatasi langsung oleh singkapan batuan dasar dan kompleks volkanik yang tersingkap di permukaan. Luas total cekungan adalah 812 km2. Anomali gaya berat Bouguer di daratan kurang memberikan kontras densitas untuk Cekungan Ombilin (Gambar 6.2), kemungkinan juga karena cekungannya kurang tebal dengan batas minimal tebal sedimen pada tepi cekungan 0500 m yang posisinya berada tepat di tengah-tengah singkapan batuan dasar Pra-Tersier di Perbukitan Barisan. Batuan dasar cekungan ini berumur Pra-Tersier dengan ketebalan sedimennya antara 5002.000 meter (Gambar 6.3).
Gambar 6.1 Lokasi Cekungan Ombilin.
Gambar 6.2 Peta anomali gaya berat untuk Cekungan Ombilin.
Gambar 6.3 Peta isopach dan sumur pada Cekungan Ombilin.

6.2       TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL

Pembentukan Cekungan Ombilin dimulai pada Eosen Akhir ditandai pembentukan graben-graben berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan yang dibentuk oleh sesar-sesar normal dan mendatar. Rezim kompresi yang terus berlangsung selama Oligosen membentuk struktur-struktur kompresif berarah baratlaut - tenggara. Pengangkatan yang diakibatkan oleh berbagai struktur kompresi menyebabkan adanya ketidakselarasan sebelum diendapkannya Formasi Sangkarewang.

Perubahan arah kompresi lokal pada Cekungan Ombilin menjadi arah utarabaratlaut - selatantenggara mengaktifkan kembali sesar-sesar mendatar berarah baratlaut - tenggara dan sesar normal yang searah dengan arah kompresi utamanya yang mengontrol pengendapan Formasi Sawahlunto. Perubahan kembali arah kompresi menjadi timurlaut - baratdaya mengakibatkan hadirnya sejumlah struktur inversi (Gambar 6.4) sepanjang Zona Sesar Takung berarah baratlaut atau lebih dikenal dengan arah N 3000 E. Struktur inversi ini disertai dengan terlipatnya Formasi Ombilin dan Sawahtambang pada arah yang sama (skema lengkap tektonostratigrafi Cekungan Ombilin dapat dilihat pada Gambar 6.5).
Gambar  6.4 Penampang skematik memotong Cekungan Ombilin yang memperlihatkan beberapa struktur inversi (dimofikasi dari Koesoemadinata dan Matasak, 1981).
Gambar 6.5 Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Situmorang, dkk., 1991).

6.3       STRATIGRAFI REGIONAL

Formasi Tuhur, Kuantan dan Silungkang merupakan endapan paling tua yang tersingkap di permukaan, terdiri dari batuan vulkanik dalam dengan komposisi andesitik dan basaltik serta tufa. Batugamping dan batuan berbutih halus (argilit) hadir pada bagian atas. Formasi Kuantan yang berumur lebih tua terdiri dari batuan argilit termetamorfosakan menjadi sabak dan marmer. Ketiga formasi ini merupakan wakil dari Lempeng Mergui yang ikut diobduksikan pada saat amalgamasi Pulau Sumatera (peta singkapan batuan dasar di Cekungan Ombilin pada Gambar 6.6).
Gambar 6.6 Peta singkapan batuan dasar Pra-Tersier di Sumatera Tengah (Pertamina & BPPKA, 1996).
Formasi Brani kemudian diendapkan secara tidak selaras diatas batuan Pra-Tersier dengan litologi berupa konglomerat dan breksi dengan komponen yang bervariasi, secara lokal diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Pada bagian atas formasi ini diendapkan Formasi Sangkarewang (Eosen Awal) yang berupa napal, batulempung dan batupasir yang diendapkan di lingkungan danau memiliki struktur slump dan hubungan menjari (interfingering) dengan Formasi Brani.

Formasi Sawahlunto kemudian diendapkan sebagai formasi yang menandakan dimulainya fasa sagging Cekungan Ombilin, endapannya berupa batuan sedimen berbutir halus dalam bentuk batupasir, batulempung dan batubara yang diendapkan dalam lingkungan fluviatil pada akhir fasa syn-rift. Formasi Sawahtambang yang diendapkan pada lingkungan fluviatil pada sungai bermeander memiliki litologi berupa perlapisan batupasir dan batulempung beserta konglomerat seringkali terdapat struktur perlapisan silang siur.

Dua anggota Formasi Sawahtambang yakni Anggota Rasau dan Poro memiliki litologi yang nyaris serupa kecuali hadirnya sisipan batubara pada Anggota Poro yang berumur lebih muda. Perubahan lingkungan pengendapan menjadi lingkungan laut dangkal mengendapkan Formasi Ombilin berupa napal dengan lensa batugamping dan berlapis dengan tufa di bagian atasnya. Perlapisan batulempung gampingan dengan batupasir glaukonitan juga menjadi ciri formasi ini.  Formasi terakhir yang diendapkan adalah Formasi Ranau yang diendapkan dalam lingkungan terestrial berupa tufa, breksi, dan aglomerat (Gambar 6.7).
Gambar 6.7 Stratigrafi regional Cekungan Ombilin (dimodifikasi dari Situmorang dkk., 1991).

6.4      SISTEM PETROLEUM

6.4.1        Reservoir

Formasi Sawahtambang merupakan formasi yang terbukti sebagai reservoir, diendapkan pada lingkungan fluvial Formasi Sawahtambang memiliki variasi litologi berupa perselingan konglomerat dan batupasir di bagian bawah (Anggota Poro), perselingan batupasir dan konglomerat serta batupasir konglomeratan di bagian tengah dan perselingan batupasir-batulempung dengan sisipan batubara di bagian paling muda (Anggota Rasau). 

6.4.2        Batuan induk 

Serpih coklat dari Formasi Sangkarewang dengan kandungan TOC 7,8% dengan perbandingan hidrogen dan karbon 1 : 3 memiliki kecenderungan untuk membentuk minyak. Serpih dan batubara dari Formasi Sawahlunto juga merupakan batuan induk dengan potensi yang baik menghasilkan minyak dengan tipe kerogen II dan III dari lingkungan lakustrin. 

6.4.3        Perangkap 

Perangkap yang paling potensial berupa perangkap struktur yang dibentuk blok-blok sesar yang termiringkan juga dalam bentuk perlipatan yang terbentuk akibat struktur sesar naik.  Pergerakan sesar mendatar juga membentuk struktur transpressional yang memiliki kemungkinan untuk menjadi alternatif perangkap yang baik.

6.4.4        Batuan Penyekat  

Serpih dari Formasi Ombilin mempunyai potensi untuk menjadi batuan penyekat pada perangkap hidrokarbon yang ada, begitu pula dengan serpih intraformasi yang ada di hampir semua formasi.

6.4.5        Evaluasi Cekungan

Kehadiran batuan induk dari Formasi Sangkarewang yang merupakan ekuivalen dari Formasi Menggala (CSB) dan Talangakar (SSB) yang memiliki potensi penghasil batuan induk yang sangat baik ditambah dengan kehadiran batuan induk dari Formasi Sawahlunto. Kehadiran batuan penyekat dengan kualitas baik dari serpih Formasi Ombilin yang menutupi perangkap hidrokarbon berupa perangkap struktur dengan kombinasi bersama perangkap stratigrafi.    

DAFTAR PUSTAKA

Koesoemadinata R. P. dan Matasak Th, 1981, Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatera (West Sumatera Province), Indonesian Pet. Assoc., 10th Annual Convention Proceedings, hal.217 – 249.
Koning T., 1985, Petroleum Geology of the Ombilin Intermontane Basin, West Sumatera, Indonesian Pet. Assoc., 14th Annual Convention Proceedings, hal.117137.    
Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur, A., Himawa, R., dan Jacob, G,T., 1991, Structural Development of the Ombilin Basin West Sumatera, Indonesian Pet. Assoc., 20th Annual Convention Proceedings, hal.115.
PERTAMINA dan BEICIP FRANLAB, 1992, Global Geodynamics, Basin Classification and Exploration Play-types in Indonesia, Volume I, Ombilin Basin, PERTAMINA, Jakarta.










1 comment:

  1. gan boleh ga minta paper dari cekungan ombilin nya... saya sangat membutuhkan untuk referensi tugas akhir, terimakasih..

    ReplyDelete

Cekungan Mentawai #7

7.1        REGIONAL      7.1.1         Geometri Cekungan           Cekungan Mentawai merupakan cekungan busur depan ( Paleogene - Neoge...